Tantangan atau Peluang: Dilema AI dalam Dunia Akademis
Kemudahan yang diberikan oleh AI ternyata tidak dipandang sama bagi keseluruhan mahasiswa, Arifah Pagis selaku Mahasiswa Fakultas Teknik Prodi Teknik Mesin 2022 ULM memandang penggunaan AI dalam keseharian dapat memberikan dampak negatif berupa ketergantungan dan malas. “Saat ini dampak negatifnya lebih kearah ketergantungan dengan penggunaan AI dan malas untuk membuka sumber bacaan dalam mencari jawaban atau pengerjaan tugas,” tukasnya saat wawancara online pada Rabu (13/9).
Untuk mendapat pandangan lebih jelas tentang fenomena AI yang ada di kalangan mahasiswa, Tim LPM INTR-O telah mewawancarai Dosen Prodi Ilmu Komunikasi, Sri Astuty, Rabu (13/9). Berikut hasil wawancaranya:
Tanggapan terkait maraknya penggunaan AI di kalangan mahasiswa?
Kita memahami bahwa AI banyak turunannya, salah satunya Chat GPT yang memunculkan pro dan kontra dalam konteks keilmuan. AI harus tetap dibarengi dengan proses pembelajaran yang bisa diperoleh mahasiswa dalam pola berpikir dan dinamis. AI seharusnya ridak dimanfaatkan untuk menjawab tugas secara langsing, tetapi hanya sekadar menjadi petunjuk awal.
Adakah dampak positif yang diberikan oleh kehadiran AI?
Prinsipnya begini, namanya teknologi itu ibarat pedang bermata dua, pasti akan ada sisi positif dan pasti akan ada sisi negatif. Kuncinya ada pada kendali diri manusia karena yang membuat teknologi ini adalah manusia. Jadi, penggunaan teknologi AI bukan jadi masalah, tergantung bagaimana cara kita menyaring jawaban tersebut sesuai dengan ranah yang diperlukan.
Seberapa sering mendapati mahasiswa yang menggunakan AI dan bagaimana cara mengenali polanya?
Kalau menggunakan AI biasanya lebih mudah terbaca. Hal ini dikarenakan dosen sangat memahami kemampuan berbahasa mahasiswa. Kemampuan AI ini dalam mengolah bahasa memiliki kemampuan akademis, dalam artian memiliki kemampuan bahasa yang sudutnya tidak dimiliki mahasiswa. Akan tetapi, saya pikir hal yang harus dimiliki mahasiswa dalam hal ini adalah tidak usah membohongi diri sendiri dan juga tidak perlu membohongi orang lain.
Apa penyebab mahasiswa cenderung menginginkan hal yang instan?
Banyak orang yang ingin memakai jalan pintas tanpa bercermin apakah nilai yang diperoleh sesuai dengan standar diri sendiri atau sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Akibatnya, banyak mahasiswa yang membohongi kemampuan diri sendiri. Lebih baik kita kembalikan marwah ilmu pengetahuan dengan memanfaatkan teknologi untuk memacu jalan berpikir. Jadikan teknologi semacam media mediasi, tidak sebagai rujukan yang harus diambil penuh oleh kita. Perlu diingat teknologi hanya sebagai sarana pendukung bagi kita.
Harapan untuk mahasiswa ke depannya dalam memanfaatkan AI dengan baik?
Saya berharap mahasiswa dapat menggunakan AI dengan bijak. Manfaatkan hanya sebagai pengantar awal bagi kita untuk memahami segala sesuatu, tetapi segala sesuatu itu perlu untuk ditelusuri kembali sehingga kita memperoleh pengetahuan dari apa yang menjadi jawaban dalam tugas-tugas yang kita kerjakan.
Sumber : https://introrealita.com/tantangan-atau-peluang-dilema-ai-dalam-dunia-akademis/